Pernah menonton film “THE HUNT FOR RED OCTOBER” yang dibintangi oleh Sean Cornery dan Alec Baldwin sekitar tahun 1990 ? Film tersebut bercerita tentang bagaimana seorang Laksamana Kapal Selam Nuklir Uni Sovyet membawa kabur kapal selam yang bernama Red October dari perairan Rusia untuk membelot kepada musuh bebuyutannya Negara Amerika Serikat. Adegan banyak menceritakan ketika terjadi kejar mengejar antara Pasukan Uni Sovyet dengan Red October di kawasan perairan internasional. Di film tersebut kita diperkenalkan dengan segala macam istilah kapal selam berikut dengan kecanggihan peralatan yang ada. Termasuk bagaimana sebuah torpedo diluncurkan untuk melumpuhkan berbagai jenis kendaraan tempur laut seperti kapal laut militer dan kapal selam lainnya tentunya.
Pada saat penulis melintas dikawasan Jl Pemuda Surabaya awal Agustus 2017, berdekatan dengan hotel “My Studio” yang telah dieritakan sebelumnya, terlihat sebuah benda yang sangat besar di sebuah kawasan seluas 1 hektar ditengah panasnya kota Surabaya. Benda tersebut ternyata adalah sebuah Kapal Selam sungguhan. Bukan Replika atau dumy dari sebuah kapal selam, akan tetapi sebuah kapal selam dalam ukuran sebenarnya yang memang pernah digunakan oleh pihak TNI Angkatan Laut. Tempat tersebut ternyata adalah sebuah museum dengan nama “Museum Kapal Selam”.
Sangat menarik mengamati kapal selam dalam skala ukuran yang sebenarnya. Apalagi membayangkan kapal selam tersebut dalam kondisi di atas permukaan laut tentunya akan lebih jauh menggetarkan semua yang dapat menyaksikannya. Dari semua moda transportasi darat, laut dan udara, keberadaan kapal selam merupakan hal paling langka yang dapat disaksikan, disentuh bahkan dinaiki oleh orang sipil sebagaimana penulis. Secara resmi, diluar dari kehadiran kapal selam buatan Korea Selatan yang telah dipesan oleh Negara kita Indonesia, TNI AL hanya mengakui keberadaan 2 kapal selam yang masih aktif berdinas sampai dengan Agustus 2017 kemarin. Sementara itu kebutuhan untuk menjaga NKRI itu sendiri dibutuhkan sekitar 12 Kapal Selam yang rencananya akan dibangun digalangan kapal PT PAL Surabaya dimulai tahun 2019. Akan tetapi jangan khawatir, dipastikan bahwa masih terdapat beberapa kapal selam aktif dari TNI AL yang tidak diumumkan keberadaannya secara resmi yang saat ini menjaga kedaulatan NKRI dari bawah samudera. Kerahasian itu sendiri semata-mata untuk mengelabui para musuh akan keberadaan berapa jumlah Kapal Selam sesungguhnya yang dimiliki oleh Pasukan TNI AL tersebut.
Memasuki lambung Kapal Selam yang bernama KRI Pasopati 410, penulis diliputi kekaguman yang sangat luar biasa karena inilah kali pertama penulis memasuki sebuah wahana yang bernama Kapal Selam (Submarine). Khusus di museum kapal selam tersebut, pintu masuk dan keluar pengunjung dibuat dari sisi lambung sebelah kanan untuk memudahkan kita melihat isi asli dari kapal selam tersebut. Bayangkan, pintu asli kapal selam sesungguhnya berada di atas puncak anjungan khas kapal selam dan hanya berdiameter kurang dari 1 meter dengan bentuk melingkar dan melalui tangga yang sangat curam untuk dapat masuk dan keluar. Sebagai informasi awal, KRI Pasopati 410 ini merupakan Kapal Selam yang berasal dari Negara Rusia yang dibeli Indonesia di jaman era Presiden Sukarno dalam kondisi bekas (second). Tipe KRI Pasopati 410 ini adalah tipe kapal selam kelas “Whiskey” atau disingkat tipe W dengan ciri utama kecil, ramping dan gesit saat bermanuver. Kapal selam KRI Pasopati 410 memiliki panjang 76,6 meter, lebar 6,30 meter dan dilengkapi dengan gas uap torpedo berjumlah 12 buah dan secara teoritis mampu menyelam sedalam 300 meter. Spesifikasi lainnya kecepatan 18,3 knot di atas permukaan, 13,6 knot di bawah permukaan; berat penuh 1.300 ton, baterai 224 unit, bahan bakar diesel; baling-baling 6 lubang dan awak kapal sebanyak 63 orang termasuk komandan.
Bagian Depan
Begitu masuk ke dalam lambung depan KRI Pasopati 410 tersebut , di sisi kanan kita langsung disuguhkan 4 buah lubang torpedo haluan depan. Disitulah persenjataan utama Torpedo ditempatkan untuk melumpuhkan musuh yang berada di depan kapal selam. Dibagian buritan sendiri masih terdapat 4 lubang palka torpedo yang khusus untuk melumpuhkan musuh yang berada dibagian garis belakang kapal selam. Oleh sang pemandu, penulis diberikan penjelasan bahwa khusus lubang torpedo bagian depan dapat juga digunakan untuk meluncurkan pasukan katak yang “ditembakan” dari dalam air bukan hanya dalam rangka strategi perang tapi juga dapat digunakan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan diri. Tak bisa dibayangkan bagaimana penulis masuk kedalam lubang torpedo tersebut yang sempit dan gelap untuk kemudian meluncur dalam kecepatan tinggi ditembakan ke luar dari kapal selam menuju titik sasaran musuh. Sungguh luar biasa. Di dekat lubang torpedo itu sendiri terdapat beberapa jenis tempat tidur beralaskan besi/kawat yang dapat dilipat dan digunakan bagi awak kapal beristirahat selama dalam perjalanan. Jangan ditanya fungsi tombol, tampilan dashboard angka berikut pipa-pipa yang menjulur kesana kemari dalam berbagai ukuran. Penulis telah menanyakan kepada pemandu beberapa fungsinya dan hanya sedikit yang dapat diingat akibat rumit dan banyaknya fungsi dari masing-masing tampilan dashboard dan pipa tersebut.
Begitu masuk ke dalam lambung depan KRI Pasopati 410 tersebut , di sisi kanan kita langsung disuguhkan 4 buah lubang torpedo haluan depan. Disitulah persenjataan utama Torpedo ditempatkan untuk melumpuhkan musuh yang berada di depan kapal selam. Dibagian buritan sendiri masih terdapat 4 lubang palka torpedo yang khusus untuk melumpuhkan musuh yang berada dibagian garis belakang kapal selam. Oleh sang pemandu, penulis diberikan penjelasan bahwa khusus lubang torpedo bagian depan dapat juga digunakan untuk meluncurkan pasukan katak yang “ditembakan” dari dalam air bukan hanya dalam rangka strategi perang tapi juga dapat digunakan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan diri. Tak bisa dibayangkan bagaimana penulis masuk kedalam lubang torpedo tersebut yang sempit dan gelap untuk kemudian meluncur dalam kecepatan tinggi ditembakan ke luar dari kapal selam menuju titik sasaran musuh. Sungguh luar biasa. Di dekat lubang torpedo itu sendiri terdapat beberapa jenis tempat tidur beralaskan besi/kawat yang dapat dilipat dan digunakan bagi awak kapal beristirahat selama dalam perjalanan. Jangan ditanya fungsi tombol, tampilan dashboard angka berikut pipa-pipa yang menjulur kesana kemari dalam berbagai ukuran. Penulis telah menanyakan kepada pemandu beberapa fungsinya dan hanya sedikit yang dapat diingat akibat rumit dan banyaknya fungsi dari masing-masing tampilan dashboard dan pipa tersebut.
Bagian Tengah
Memasuki bagian tengah, penulis disuguhi ruang kemudi dari kapal selam. Tidak sebagaimana moda transportasi lainnya, ruang kemudi kapal selam tidak memiliki jendela untuk melihat ke bagian depan. Hanya ada kemudi sebagaimana kapal biasa dan banyak panel-panel yang berada didepannya bertuliskan dalam bahasa asli yaitu bahasa Rusia. Untuk kondisi maju-mundur, Kompass, dan panel lainnya yang ada masih serupa dengan kondisi tampilan kapal laut yang kita kenal. Akan tetapi dibagian tengah kapal selam inilah terdapat pula panel khas instrument kapal selam yaitu alat pengukur kedalaman dari permukaan laut berikut periskop kapal selam. Periskop ini masih berfungsi dengan baik. Saat penulis mencoba mengintip melalui lubang periskop, terlihat dengan jelas kondisi Jalan Pemuda Surabaya yang berada didepan Museum Kapal Selam. Seandainya sedang di bawah laut, tentunya yang terlihat dari lubang periskop tersebut adalah pemandangan kondisi permukaan laut berikut kapal laut yang berada disana. Dari periskop inilah awak kapal selam dapat melihat gambaran secara visual kondisi diluar kapal selam. Sisanya, awak kapal selam sangat mengandalkan peran dari fungsi radar dan fungsi sonar yang berfungsi sebagai mata dan telinga saat menjalankannya. Atas dasar hal tersebut itulah hanya terdapat 2 (dua) ruang khusus dibagian tengah kapal selam ini, yaitu ruang petugas sonar dan ruang Laksamana tertinggi Kapal Selam Pasopati 410. Sisanya ? ruangan luas tanpa sekat kecuali pintu bundar kecil menuju ruangan bagian depan dan belakang.
Memasuki bagian tengah, penulis disuguhi ruang kemudi dari kapal selam. Tidak sebagaimana moda transportasi lainnya, ruang kemudi kapal selam tidak memiliki jendela untuk melihat ke bagian depan. Hanya ada kemudi sebagaimana kapal biasa dan banyak panel-panel yang berada didepannya bertuliskan dalam bahasa asli yaitu bahasa Rusia. Untuk kondisi maju-mundur, Kompass, dan panel lainnya yang ada masih serupa dengan kondisi tampilan kapal laut yang kita kenal. Akan tetapi dibagian tengah kapal selam inilah terdapat pula panel khas instrument kapal selam yaitu alat pengukur kedalaman dari permukaan laut berikut periskop kapal selam. Periskop ini masih berfungsi dengan baik. Saat penulis mencoba mengintip melalui lubang periskop, terlihat dengan jelas kondisi Jalan Pemuda Surabaya yang berada didepan Museum Kapal Selam. Seandainya sedang di bawah laut, tentunya yang terlihat dari lubang periskop tersebut adalah pemandangan kondisi permukaan laut berikut kapal laut yang berada disana. Dari periskop inilah awak kapal selam dapat melihat gambaran secara visual kondisi diluar kapal selam. Sisanya, awak kapal selam sangat mengandalkan peran dari fungsi radar dan fungsi sonar yang berfungsi sebagai mata dan telinga saat menjalankannya. Atas dasar hal tersebut itulah hanya terdapat 2 (dua) ruang khusus dibagian tengah kapal selam ini, yaitu ruang petugas sonar dan ruang Laksamana tertinggi Kapal Selam Pasopati 410. Sisanya ? ruangan luas tanpa sekat kecuali pintu bundar kecil menuju ruangan bagian depan dan belakang.
Bagian Belakang
Ini merupakan ruang mesin kapal. Sehingga dapat dibayangkan pada saat kapal selam ini berfungsi di kedalaman laut, ruangan ini sudah pasti sangat berisik dan panas sesuai dengan karakteristik dari mesin diesel yang merupakan mesin utama kapal selam Pasopati 410 ini. Satu hal yang unik, kapal selam Pasopati 410 ini dirancang tanpa adanya alat pendingin udara buat seluruh awak dan kru kapal selam. Hal tersebut dikarenakan pada saat dibuat di galangan kapal Vladiostok Rusia, kondisi cuaca disana sangat berbeda jauh dengan kondisi cuaca di Indonesia. Di sana, cuaca di permukaan laut sangat dingin sekali, sehingga disaat kapal selam menyelam ke dalam laut justru yang didapatkan adalah suasana hangat dari mesin yang dijalankannya yang memberikan hawa hangat bagi awak kapal selam dari dinginnya air laut di Rusia. Tapi saat berada di perairan Indonesia ? tanpa adanya pendingin udara justru semakin menyiksa akibat hawa panas yang ditimbulkan dari mesin diesel saat kapal selam ini beroperasi. Sehingga tidak heran, saat Kapal Selam Pasopati 410 ini bertugas dan bertempur maka seluruh awak kapal selam lebih menyukai menggunakan celana pendek saat bekerja di bawah laut. Selain mengusir panas yang sangat mengganggu , dengan celana pendek tersebut membuat awak kapal dapat dengan leluasa bergerak cepat dari ruang ke ruang lainnya. Tapi masih dapat dirasakan suhu panas yang ada saat itu saat penulis berada di dalam kapal selam Pasopati 410 ini. Jangan khawatir, setiap ruangan memiliki AC yang dipasang guna memberikan kesejukan kepada para pengunjung.
Ini merupakan ruang mesin kapal. Sehingga dapat dibayangkan pada saat kapal selam ini berfungsi di kedalaman laut, ruangan ini sudah pasti sangat berisik dan panas sesuai dengan karakteristik dari mesin diesel yang merupakan mesin utama kapal selam Pasopati 410 ini. Satu hal yang unik, kapal selam Pasopati 410 ini dirancang tanpa adanya alat pendingin udara buat seluruh awak dan kru kapal selam. Hal tersebut dikarenakan pada saat dibuat di galangan kapal Vladiostok Rusia, kondisi cuaca disana sangat berbeda jauh dengan kondisi cuaca di Indonesia. Di sana, cuaca di permukaan laut sangat dingin sekali, sehingga disaat kapal selam menyelam ke dalam laut justru yang didapatkan adalah suasana hangat dari mesin yang dijalankannya yang memberikan hawa hangat bagi awak kapal selam dari dinginnya air laut di Rusia. Tapi saat berada di perairan Indonesia ? tanpa adanya pendingin udara justru semakin menyiksa akibat hawa panas yang ditimbulkan dari mesin diesel saat kapal selam ini beroperasi. Sehingga tidak heran, saat Kapal Selam Pasopati 410 ini bertugas dan bertempur maka seluruh awak kapal selam lebih menyukai menggunakan celana pendek saat bekerja di bawah laut. Selain mengusir panas yang sangat mengganggu , dengan celana pendek tersebut membuat awak kapal dapat dengan leluasa bergerak cepat dari ruang ke ruang lainnya. Tapi masih dapat dirasakan suhu panas yang ada saat itu saat penulis berada di dalam kapal selam Pasopati 410 ini. Jangan khawatir, setiap ruangan memiliki AC yang dipasang guna memberikan kesejukan kepada para pengunjung.
Terdapat bangunan khusus yang digunakan untuk memutar film mengenai sejarah Kapal Selam Pasopati 410 ini dari semenjak pelayaran Vladiostok Ke Jakarta hingga saat diangkut menjadi sebuah Museum Kapal Selam satu-satunya di Indonesia ini. Di luar dari kapal selam Pasopati 410, terdapat kantin untuk sekedar mencari snack makanan dan minuman. O iya, untuk masuk dikenakan tiket seharga Rp5.000.- saja. Murah bukan ? Begitulah sekilas cerita saat penulis mengunjungi Museum Kapal Selam satu-satunya di Indonesia. Masih banyak hal yang bisa digali dari Kapal Selam Pasopati 410. Seperti bagaimana perjuangannya saat bertempur melawan Belanda di laut Arafura dan misi-misi pertempuran lainnya. Pesan penulis: jika sedang berada di Surabaya, luangkan waktu untuk mengunjungi Museum Kapal Selam ini sekedar melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana rasanya menjaga kedaulatan NKRI dari bawah samudera. Dari situ pastinya akan timbul rasa Nasionalis kita akan Negara kita Negara Indonesia. Jayalah selalu negeriku Indonesia
BERMINAT BERLIBUR MURAH ?
Berlibur tidak selalu harus mahal.
INGAT SELALU MurahBERLIBUR.com
Quick Response: 08112125249
Comments
Post a Comment